SEJUMLAH murid mencoba membuat gambar, saat mengikuti acara "Workshop Membuat Komik Bersama Eka Wardhana" di SD IT Nur Al-Rahman, Jln. Raya Cihanjuang Kota Cimahi, Rabu (6/5). Salah satu rangkaian acara memperingati Hari Pendidikan Nasional tersebut, bertujuan meningkatkan minat dan kualitas membaca serta kreativitas anak.*ADE BAYU INDRA/"PR"
Apa bedanya menggambar wajah orang dewasa dengan anak kecil? Apabila penasaran, cobalah menggambar lingkaran yang memanjang ke samping di atas kertas. Kemudian belah lingkaran tersebut dengan garis horizontal bayangan.
Apabila ingin menggambar wajah orang dewasa, buatlah bola mata di atas garis horizontal tersebut. Hal itu berlaku sebaliknya apabila ingin menggambar wajah anak kecil, bola matanya ditempatkan di bawah garis horizontal. Setelah itu, tinggal menggambar kelengkapan lainnya seperti telinga, mulut, alis, dan rambut.
Sejumlah tips menggambar komik itu diberikan secara gamblang oleh penulis komik Eka Wardhana saat menyampaikan materinya dalam workshop komik islami pada murid Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Nur Al Rahman di Jln. Cihanjuang Cimahi, Rabu (6/5). Tak hanya wajah, Eka pun memberikan contoh cara menggambar badan tokoh komik tersebut.
Para murid pun antusias mengikuti pola gambar yang diajarkan pementor. "Caranya gampang, jadi saya bisa ikuti. Sebelumnya, suka gambar orang juga, tapi hanya garis-garis saja," kata seorang murid Muhamad Rafi Fadilah (9).
Rafi mengatakan, ia mendapatkan pengetahuan baru mengenai cara menggambar. Dia berharap, belajar menggambar yang dilakukannya hari itu bisa berguna untuk mengejar cita-citanya. Pasalnya Rafi bercita-cita menjadi ilmuwan purbakala. "Kalau jadi ilmuwan dinosaurus kan nanti menggambar kerangkanya juga," katanya tersenyum.
Berpotensi
Menurut Eka, pada umumnya orang Indonesia memiliki potensi besar dalam bidang seni, termasuk dalam bidang visual. Hal itu dapat dilihat dari beragamnya kebudayaan yang ada di Indonesia dari timur sampai barat. Kebudayaan tersebut melahirkan berbagai macam ukiran kayu dan seni patung.
Namun, menurut Eka, komikus di Indonesia masih belum banyak dilihat sebagai profesi yang menjanjikan. "Banyak orang tua yang malah marah saat anaknya bilang ingin jadi komikus," ujar penulis komik yang sudah mengeluarkan 250 buku cerita dongeng tersebut.
Hal itu juga diperparah dengan belum terbukanya kesempatan yang dimiliki komikus Indonesia untuk bersaing dengan produk luar negeri. Menurut Eka, saat ini komikus di Indonesia kesulitan untuk bersaing dengan produk luar yang sudah lebih dahulu membanjiri pasar. Pasalnya, anak-anak yang menyukai komik saat ini sudah terbiasa dengan gambar wajah-wajah Jepang. "Jadi bila diberikan gambar Indonesia, masih asing," ujarnya.
Ia berharap, komikus lokal bisa diberikan dorongan untuk berkembang baik dari penerbit maupun pemerintah. Saat ini, menurut dia, penerbit masih menerapkan standar yang sama dengan komikus luar negeri dalam membuat komik. Padahal, bisa dibilang komikus Indonesia baru memulai perjalanan.
Sementara itu, ketua panitia kegiatan Rahmat Abuzahra mengatakan, acara ini diselenggarakan dalam rangka Hari Pendidikan Nasional. "Workshop komik ini untuk tingkatkan minat dan kualitas baca serta kreativitas siswa SD," katanya. (Tia Komalasari/"PR")***
Apabila ingin menggambar wajah orang dewasa, buatlah bola mata di atas garis horizontal tersebut. Hal itu berlaku sebaliknya apabila ingin menggambar wajah anak kecil, bola matanya ditempatkan di bawah garis horizontal. Setelah itu, tinggal menggambar kelengkapan lainnya seperti telinga, mulut, alis, dan rambut.
Sejumlah tips menggambar komik itu diberikan secara gamblang oleh penulis komik Eka Wardhana saat menyampaikan materinya dalam workshop komik islami pada murid Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Nur Al Rahman di Jln. Cihanjuang Cimahi, Rabu (6/5). Tak hanya wajah, Eka pun memberikan contoh cara menggambar badan tokoh komik tersebut.
Para murid pun antusias mengikuti pola gambar yang diajarkan pementor. "Caranya gampang, jadi saya bisa ikuti. Sebelumnya, suka gambar orang juga, tapi hanya garis-garis saja," kata seorang murid Muhamad Rafi Fadilah (9).
Rafi mengatakan, ia mendapatkan pengetahuan baru mengenai cara menggambar. Dia berharap, belajar menggambar yang dilakukannya hari itu bisa berguna untuk mengejar cita-citanya. Pasalnya Rafi bercita-cita menjadi ilmuwan purbakala. "Kalau jadi ilmuwan dinosaurus kan nanti menggambar kerangkanya juga," katanya tersenyum.
Berpotensi
Menurut Eka, pada umumnya orang Indonesia memiliki potensi besar dalam bidang seni, termasuk dalam bidang visual. Hal itu dapat dilihat dari beragamnya kebudayaan yang ada di Indonesia dari timur sampai barat. Kebudayaan tersebut melahirkan berbagai macam ukiran kayu dan seni patung.
Namun, menurut Eka, komikus di Indonesia masih belum banyak dilihat sebagai profesi yang menjanjikan. "Banyak orang tua yang malah marah saat anaknya bilang ingin jadi komikus," ujar penulis komik yang sudah mengeluarkan 250 buku cerita dongeng tersebut.
Hal itu juga diperparah dengan belum terbukanya kesempatan yang dimiliki komikus Indonesia untuk bersaing dengan produk luar negeri. Menurut Eka, saat ini komikus di Indonesia kesulitan untuk bersaing dengan produk luar yang sudah lebih dahulu membanjiri pasar. Pasalnya, anak-anak yang menyukai komik saat ini sudah terbiasa dengan gambar wajah-wajah Jepang. "Jadi bila diberikan gambar Indonesia, masih asing," ujarnya.
Ia berharap, komikus lokal bisa diberikan dorongan untuk berkembang baik dari penerbit maupun pemerintah. Saat ini, menurut dia, penerbit masih menerapkan standar yang sama dengan komikus luar negeri dalam membuat komik. Padahal, bisa dibilang komikus Indonesia baru memulai perjalanan.
Sementara itu, ketua panitia kegiatan Rahmat Abuzahra mengatakan, acara ini diselenggarakan dalam rangka Hari Pendidikan Nasional. "Workshop komik ini untuk tingkatkan minat dan kualitas baca serta kreativitas siswa SD," katanya. (Tia Komalasari/"PR")***
0 komentar:
Posting Komentar